Menkomdigi: AI Lokal Harus Jaga Budaya dan Kedaulatan Data

Menteri Meutya Hafid
Sumber :
  • VIVA/Ayesha Puri

Jakarta, VIVA – Pemerintah Republik Indonesia menyambut positif kehadiran Sahabat-AI, sebuah platform kecerdasan buatan berbasis Large Language Model (LLM) yang dikembangkan ole PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) dan Indosat Ooredoo Hutchison. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menyebut kehadiran AI lokal bermuatan bahasa daerah sebagai lompatan besar Indonesia dalam penguasaan teknologi bahasa berbasis kecerdasan buatan.

10 Pekerjaan Entry Level yang Diprediksi Bakal Digantikan AI pada 2030

“Kalau China punya DeepSeek, India ada BharatGPT, maka sekarang kita punya Sahabat-AI,” ujar Meutya dalam acara peluncuran resmi Sahabat-AI di Jakarta pada Senin, 2 Juni 2025.

Hadirnya Sahabat-AI menjadi momen penting untukmenunjukkan bahwa Indonesia mulai diperhitungkan di tingkat global dalam pengembangan Larger Language Model (LLM).  Meutya menekankan pentingnya keberlanjutan dan kolaborasi dalam pemanfaatan Sahabat-AI, terutama dari masyarakat umum, universitas, dan sektor swasta. Menurutnya, platfom open source ini baru dianggap berhasil jika digunakan secara masif dan inklusif.

PHK Meningkat, AI Sudah Gantikan 10.000 Pekerjaan Manusia Setiap Bulan

“Kita dorong agar ini kolaboratif, jadi silakan dari universitas, masyarakat, umum juga untuk kemudian menggunakan karena AI ini baru akan berhasil sukses kalau memang kita berjibaku untuk memakai” tutur Menkomdigi Meutya.

Peluncuran Sahabat-AI hasil kolaborasi Indosat dan GoTo

Photo :
  • Dok. Indosat
LAN Dorong ASN Manfaatkan Generative AI Bangun Kultur Baru Birokrasi

Tidak kalah penting, Meutya menitipkan pesan kepada GoTo dan Indosat untuk menjaga nilai-nilai lokal. Meutya menyoroti agar output dari Sahabat-AI berupa jawaban dalam layanan chatbox tetap mencerminkan budaya dan kesantunan Indonesia.

"Jadi makanya ada model bahasa Jawa, Sunda, Batak dan lain-lain, dan harus terus diperkaya dengan masyarakat untuk meramaikannya," tambahnya.

President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menegaskan. Sahabat-AI bukan hanya proyek teknologi tetapi simbol dari semangat gotong royong digital. Dalam pengembangannya melibatkan berbagai pihak, mulai dari korporasi, akademisi, mahasiswa hingga media.

“Ini bukan hanya tentang GoTo dan Indosat tetapi ini mengenai makna gotong royong sesungguhnya,” ungkap Vikram.

Vikram menjelaskan, pihaknya menghadirkan GPU Merdeka, cloud Al yang membangun fondasi digital kokoh yang  menjadi bagian dari inisiatif ini. Tujuannya guna memastikan inovasi Al berkembang, aman secara nasional, relevan dengan budaya lokal, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Ilustrasi Optimalisasi Proses dengan AI

Photo :
  • freepik.com/freepik

Sejak awal, Sahabat-AI dirancang selaras dengan tujuan kedaulatan digital Indonesia. Seluruh data dan infrastruktur GPU yang digunakan untuk melayani model ini disimpan di wilayah Indonesia atau di server milik pengguna sendiri, memastikan kepatuhan terhadap regulasi data nasional.

Dengan menyimpan dan mengolah data langsung di Indonesia, Sahabat-AI membuka kesempatan baru bagi pemerintah dan instansi publik Indonesia untuk membangun layanan AI yang aman dan berdaulat.

"Sahabat-Al bukan sekadar model bahasa, ini adalah aset nasional yang didukung oleh kolaborasi dan dibangun untuk seluruh rakyat Indonesia," kata Vikram.

Dengan kemampuan 70 miliar parameter dan dukungan multibahasa termasuk beberapa bahasa daerah, Sahabat-AI dirancang agar bisa diakses masyarakat luas melalui situs sahabat-ai.com maupun aplikasi GoPay. Fokus awalnya adalah pengolahan teks dan suara, namun pengembangannya akan terus berlanjut hingga mampu menghasilkan grafik, gambar, bahkan video.

“Setelah 10 sampai 20 tahun, Indonesia dapat mengembangkan apa yang diinginkan. Jadi sekali lagi, terima kasih banyak atas kolaborasi,” tutup Vikram.

Ilustrasi interview kerja

Ramai Pelamar Kerja Frustrasi, Interviewer Mereka Ternyata Bukan HRD tetapi AI!

Banyak pelamar kerja kecewa saat tahu sesi wawancara dilakukan AI, bukan manusia. Mereka anggap ini buang waktu dan tanda budaya kerja perusahaan buruk.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2025