Skill Lama Segera Usang, Ini 5 Cara Adaptasi Karier di Era AI

Ilustrasi robot dan manusia di industri.
Sumber :
  • Robotic Industries Association

Jakarta, VIVA – Perkembangan kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) telah mengubah wajah dunia kerja secara menyeluruh. Diskusi soal siapa yang paling duluan tergeser oleh AI, apakah pekerja junior, manajer menengah, atau profesi tertentu, semakin ramai dibahas.

Terungkap! Ini Daftar Gaji Karyawan Microsoft, Ada yang Sampai Rp5 Miliar!

Namun satu hal yang disepakati para ahli, yaitu kunci untuk bertahan di era ini bukanlah pada jabatan, melainkan pada kemampuan membangun keterampilan baru secara berkelanjutan.

Menurut laporan World Economic Forum, sekitar 39 persen keterampilan yang dimiliki tenaga kerja saat ini akan kedaluwarsa pada 2030. Bahkan, 59 persen pekerja saat ini perlu menjalani pelatihan ulang agar tetap relevan di pasar kerja.

Hati-hati Krisis Energi akibat Lonjakan AI

Artinya, siapa pun Anda, lulusan baru atau profesional senior, dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi dengan cepat agar tidak tertinggal oleh gelombang automasi yang semakin masif.

Melansir dari Business Insider, berikut cara agar tetap relavan di pasar kerja saat gempuran AI semakin kuat.

Begini Cara 'Panen Duit' dari 5G dan AI, Singapura Sudah Merasakannya

Ilustrasi aktivitas / bekerja.

Photo :
  • vstory

1. Tinggalkan Label dan Fokus pada Kemampuan Baru

Di era AI, peran kerja akan terus berubah. Tugas-tugas manual mulai diambil alih oleh sistem otomatis, dan hal ini berlaku untuk berbagai bidang mulai dari penulisan, desain, analisis data, hingga layanan pelanggan. Akibatnya, job title seperti penulis, analis, atau manajer akan semakin kehilangan makna tetap.

Sebagai gantinya, perusahaan akan lebih menghargai individu yang fleksibel, mau belajar hal baru, dan bisa menggunakan teknologi untuk mendukung produktivitas. Misalnya, seorang penulis kini juga dituntut bisa menjadi editor sekaligus pengguna AI writer yang efisien. 

Fleksibilitas dan kesediaan untuk terus belajar menjadi nilai jual utama, bukan semata gelar atau jabatan.

2. Nyaman dengan Ketidaknyamanan

Transformasi teknologi yang terus-menerus membuat dunia kerja terasa seperti sedang 'membangun pesawat sambil terbang.' Perusahaan rintisan (startup) ataupun perusahaan besar kini sama-sama menghadapi perubahan cepat, baik dari sisi struktur, teknologi, maupun pasar.

Dalam situasi seperti ini, kemampuan untuk menyesuaikan mindset menjadi sangat penting. Alih-alih panik atau defensif terhadap perubahan, pekerja yang mampu melihat peluang dari kondisi yang tidak pasti akan lebih unggul. 

Misalnya, perubahan sistem kerja akibat AI bisa menjadi momen bagi Anda untuk mengambil peran strategis atau mengeksplorasi bidang kerja baru yang sebelumnya tak terpikirkan.

3. Terapkan Growth Mindset

Banyak dari kita tumbuh dalam sistem pendidikan yang membagi murid berdasarkan bakat atau kemampuan, misalnya program unggulan vs remedial. Akibatnya, fixed mindset terbentuk, di mana orang percaya kecerdasan dan kemampuan adalah sesuatu yang berasal dari bawaan.

Namun, di era AI, pendekatan ini tak lagi relevan. Kita harus beralih ke growth mindset, yaitu keyakinan bahwa kemampuan dapat dibangun melalui usaha, latihan, dan waktu. Dengan growth mindset, Anda tidak takut mencoba hal baru, entah itu belajar AI tools, mengikuti pelatihan online, atau mengembangkan skill lintas bidang. 

Mindset inilah yang akan membuat Anda tetap kompetitif saat dunia kerja berubah dengan cepat.

4. Selalu Bangun Keterampilan Baru

Tidak perlu menjadi ahli AI atau programmer untuk bertahan di era ini. Namun, memahami cara kerja AI dan belajar tools dasar seperti ChatGPT, Midjourney, atau Notion AI akan memberi Anda keunggulan dibanding kandidat lain. 

Pekerja yang mampu menggunakan teknologi untuk mempercepat atau menyempurnakan hasil kerja akan lebih menarik bagi HRD.

Laporan McKinsey menyebutkan bahwa di masa depan, perusahaan akan membutuhkan pekerja yang melek teknologi, mampu berpikir kritis, serta cepat belajar. Jadi, investasi waktu Anda untuk kursus online, pelatihan, atau eksplorasi teknologi terbaru akan sangat bermanfaat untuk menjaga posisi Anda tetap aman.

5. Jadilah Adaptif dan Kolaboratif

AI tidak menggantikan semua pekerjaan secara langsung, tapi ia mengubah cara kerja dalam tim. Oleh karena itu, keterampilan kolaboratif dan komunikasi tetap sangat dibutuhkan, bahkan semakin penting. 

Bekerja dalam tim multidisiplin dan beradaptasi dengan workflow berbasis teknologi akan menjadi standar baru di berbagai industri.

Seiring AI mengotomatisasi pekerjaan teknis, perusahaan akan mencari manusia yang mampu menyeimbangkan teknologi dengan empati, kreativitas, dan kemampuan berpikir strategis. Maka dari itu, kombinasi antara kecerdasan emosional dan kecakapan teknologi adalah resep bertahan yang paling solid

Di tengah kekhawatiran tentang AI yang akan mengambil alih pekerjaan, hal yang perlu kita sadari adalah bahwa AI bukan pengganti, tapi alat bantu. Mereka yang mampu menguasai alat ini dan memanfaatkan perubahan sebagai peluang akan tetap relevan, bahkan unggul, dalam persaingan kerja.

Tidak ada lagi zona nyaman di dunia kerja modern. Tapi dengan terus belajar, fleksibel, dan terbuka terhadap tantangan baru, Anda bukan hanya akan bertahan, tetapi juga akan tumbuh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya