Bitcoin Bisa Jadi Bom Waktu di 2026

Ilustrasi Bitcoin merupakan aset kripto.
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Harga Bitcoin (BTC) diprediksi masih berpotensi naik hingga US$140 ribu (Rp2,2 miliar) pada akhir tahun ini. Namun, analis teknikal memperingatkan bahwa di 2026 bisa menjadi awal dari bear market besar-besaran.

Bitcoin Ngegas, Saham dan Emas Ngos-ngosan

Menurut John Glover, Chief Investment Officer di Ledn, pergerakan harga BTC saat ini masih berada dalam pola Elliott Wave yang menunjukkan bahwa bull run belum selesai, tetapi ujungnya bisa sangat menyakitkan.

“Kita masih on-track ke US$135 ribu–US$140 ribu tahun ini. Tapi, tahun 2026 akan jadi titik balik ke arah turun,” ujar Glover, seperti dikutip dari CoinDesk. Elliott Wave Theory adalah metode analisis teknikal yang menilai pergerakan pasar berdasarkan siklus psikologi investor.

Mau Mulai Investasi Kripto tapi Takut Rugi, Ini Panduan Lengkap untuk Pemula

Dalam model ini, tren naik biasanya terdiri dari lima gelombang utama: tiga impulsif dan dua korektif. Menurut analisis John Glover, saat ini Bitcoin sedang berada di fase gelombang (III) dari gelombang kelima yang lebih besar.

Glover memproyeksikan bahwa harga BTC berpotensi naik ke kisaran US$130 ribu dalam beberapa minggu ke depan, sebelum mengalami koreksi sementara ke sekitar US$110 ribu pada September mendatang.

Kripto Booming! Fitur Flexi Earn Tawarkan Imbal Hasil 25 Persen, Begini Cara Pakainya

Koreksi ini disebut sebagai gelombang (IV), yang menjadi bagian dari siklus sehat sebelum puncak akhirnya tercapai. Setelah itu, gelombang terakhir (V) diperkirakan akan mendorong harga Bitcoin mencapai titik tertinggi di sekitar US$140 ribu menjelang akhir tahun ini.

Struktur ini, menurut Glover, seperti dilansir dari situs Indodax, masih konsisten dengan formasi bullish yang terbentuk sejak awal tahun, meskipun fluktuasi harga jangka pendek tetap bisa terjadi sebagai bagian dari dinamika pasar.

Bitcoin sempat menyentuh level di bawah US$112 ribu akhir pekan lalu, mencatat penurunan sekitar 4 persen dalam sepekan. Koreksi ini dipicu oleh profit-taking oleh investor jangka panjang di kisaran US$120 ribu, serta penurunan saham-saham kripto seperti MicroStrategy (MSTR) dan Coinbase (COIN).

Namun, Glover menilai penurunan ini sebagai retracement normal, bukan tanda berakhirnya bull run. Justru koreksi semacam ini bisa menjadi landasan sehat untuk mendorong harga ke level yang lebih tinggi dalam waktu dekat.

2026: Saat Bull Run Berakhir?

Meskipun banyak pihak berharap bahwa adopsi institusi lewat ETF akan mengubah pola siklus empat tahunan Bitcoin, Glover berpandangan sebaliknya. “Begitu kita menyentuh US$140 ribu, akan banyak yang bicara soal US$250 ribu, atau bahkan US$500 ribu. Tapi, menurut saya, justru itu momen di mana kita masuk ke bear market berikutnya,” tegasnya. Prediksi ini bertolak belakang dengan narasi populer bahwa institusionalisasi pasar bisa memperpanjang fase bullish atau bahkan menghilangkan pola penurunan besar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya