Ketika AI Rombak Bisnis Pencarian Kerja, Ribuan Karyawan Jadi Korban PHK Massal
- freepik.com/yanalya
Jakarta, VIVA – Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mengubah hampir setiap aspek kehidupan dan dunia kerja. Perusahaan-perusahaan di berbagai sektor berlomba-lomba mengadopsi AI untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Namun, transformasi ini juga membawa dampak signifikan terhadap tenaga kerja, terutama di industri yang sangat bergantung pada aktivitas manual dan interaksi manusia, seperti bisnis pencarian kerja dan sumber daya manusia (SDM).
Indeed dan Glassdoor, dua perusahaan besar yang bergerak di bidang pencarian kerja dan ulasan perusahaan, mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.300 karyawannya.
Langkah ini diambil oleh induk perusahaan mereka, Recruit Holdings asal Jepang, sebagai bagian dari strategi beradaptasi dengan perkembangan AI.
Dalam sebuah email yang dikirim kepada para karyawan pada Kamis lalu, CEO Recruit Holdings, Hisayuki “Deko” Idekoba, menyatakan bahwa “AI mengubah dunia” dan perusahaan harus menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
PHK tersebut mencakup sekitar 6% dari tenaga kerja di divisi teknologi SDM Recruit Holdings. Ini akan menyasar tim penelitian dan pengembangan serta tim “people & sustainability” di Amerika Serikat, namun wilayah dan departemen lain juga akan terdampak, menurut pernyataan Recruit Holdings.
Perusahaan sendiri telah mengirimkan pemberitahuan kepada para karyawan yang terdampak sejak hari Kamis. Langkah ini mencerminkan fokus Recruit Holdings dalam memanfaatkan AI untuk merombak cara pencari kerja mencari pekerjaan dan cara perusahaan melakukan perekrutan.
Sebagai bagian dari upaya ini, operasi Glassdoor akan digabungkan ke dalam Indeed. CEO Glassdoor, Christian Sutherland-Wong, juga akan mengundurkan diri.
“Ketika kami memikirkan industri SDM yang bernilai lebih dari 300 miliar dolar, tapi 60% sampai 65% dari biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja manual manusia. Sulit menemukan industri besar dengan persentase tinggi biaya tenaga kerja manual seperti itu," kata Idekoba dalam sebuah konferensi teknologi JPMorgan Chase, seperti dikutip dari CBS, Selasa 12 Agustus 2025.
“Jadi, yang kami yakini adalah bagaimana cara menyederhanakan proses perekrutan dengan menggunakan AI, teknologi, dan data untuk mengurangi pekerjaan manual. Itu yang menjadi fokus kami,” lanjut dia.
Menurut Idekoba, sekitar sepertiga dari kode pemrograman baru perusahaan sudah ditulis oleh AI, dan dia memperkirakan angka tersebut akan meningkat menjadi setengahnya dalam waktu dekat. “Itu akan menjadi 50% dalam waktu dekat,” ujarnya.
PHK ini terjadi di tengah gembar-gembor kemampuan AI dari para pemimpin perusahaan, sementara sejumlah ahli memperingatkan bahwa teknologi ini bisa menyebabkan hilangnya lapangan pekerjaan.
Misalnya, pada Juni lalu di Aspen Ideas Festival, CEO Ford, Jim Farley, mengatakan AI kemungkinan akan menggantikan setengah dari semua pekerja kantoran di Amerika Serikat.