Indonesia Peringkat Kedua Pengguna Software Bajakan di Asia Pasifik

Ilustrasi serangan siber.
Sumber :
  • KFGO.com

VIVA – Persentase penggunaan perangkat lunak bajakan atau unlisenced software di Tanah Air pada 2017 tercatat sebagai yang tertinggi kedua untuk kawasan Asia Pasifik, yakni sebesar 83 persen.

KPK Sudah Pulihkan Uang Negara Rp394,2 M Sepanjang Semester I 2025

Angka tersebut sama dengan Pakistan yang juga memiliki persentase yang sama. Sementara itu, jumlah kerugian akibat penggunaan software bajakan di Indonesia mencapai US$1,1 juta atau Rp15,43 triliun di 2017.

Meskipun menunjukkan penurunan dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yakni US$1,15 juta atau Rp16,13 triliun, akan tetapi hal tersebut tidak mengubah posisi Indonesia sebagai negara terbanyak ketiga yang menggunakan software bajakan di Asia Pasifik.

Ramai Pelamar Kerja Frustrasi, Interviewer Mereka Ternyata Bukan HRD tetapi AI!

Data tersebut berdasarkan laporan dari Business Software Alliance (BSA) Asia Pacific yang berjudul 'Legalize and Protect: A Campaign To End Corporate Use of Unlicensed Software in Indonesia'.

Menurut Senior Director Businesss Software Alliance, Tarun Sawney, penggunaan software berlisensi memang tidak menghapus risiko. Namun, menjadi pertahanan pertama agar perangkat tetap aman.

Jasaraharja Putera Diganjar Penghargaan Gegara Hal Ini

Selain itu, banyaknya uang dan sumber daya yang dikeluarkan suatu perusahaan untuk mencegah terjadinya ancaman siber akibat penggunan sofware tidak berlisensi.

"Pertahanannya, ya, mengeluarkan dana yang besar. Jadi memang lebih baik menggunakan software berlisensi," kata dia di Jakarta, Senin, 18 Maret 2019.

Tarun juga menjelaskan bahwa pentingnya kampanye untuk menyadarkan penggunaan software berlisensi, di mana salah satunya, lewat edukasi para pimpinan perusahaan.

Ia pun mengakui jika Indonesia menjadi satu dari empat negara yang menjadi target utama BSA dalam rangka pengurangan jumlah perangkat lunak bajakan. Tiga negara lainnya yaitu Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Tarun mengungkapkan tiga strategi yang akan diterapkan di empat negara tersebut terkait dengan upaya pengurangan penggunaan software bajakan. Pertama, penggunaan perangkat lunak berlisensi dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Kedua, penggunaan perangkat lunak berlisensi dapat meningkatkan keamanan data. "Ketiga, penggunaan perangkat lunak berlisensi dapat melindungi reputasi perusahaan," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya