Ramai Pelamar Kerja Frustrasi, Interviewer Mereka Ternyata Bukan HRD tetapi AI!

Ilustrasi interview kerja
Sumber :
  • Freepik

Jakarta, VIVA – Bayangkan Anda sudah menunggu panggilan wawancara dari sebuah perusahaan yang Anda incar. Setelah melewati proses aplikasi yang panjang dan penuh harap, akhirnya undangan itu datang. 

10 Pekerjaan Ini Paling Terancam AI Menurut Microsoft, Ada Profesi Anda?

Tapi saat Anda membuka link wawancara, yang muncul di layar bukan wajah seorang perekrut atau HRD, melainkan suara datar dan skrip dari sistem kecerdasan buatan (AI). Ini bukan fiksi ilmiah, ini kenyataan yang kini dialami banyak pencari kerja.

Fenomena ini mulai ramai terjadi dan dilaporkan oleh Fortune. Banyak pelamar merasa tidak dihargai karena hanya "bertemu" AI dalam sesi wawancara kerja mereka. 

Belum Paham Apa Itu Literasi AI? Hati-Hati Gagal Bersaing di Dunia Kerja!

Reaksi mereka pun beragam, dari frustrasi, kecewa, hingga langsung memutuskan keluar dari sesi interview. Sebagian pelamar menilai bahwa jika perusahaan bahkan tidak mau meluangkan waktu untuk bertemu manusia secara langsung, itu mencerminkan buruknya budaya kerja perusahaan tersebut.

Banyak Pelamar Merasa Diperlakukan Tidak Manusiawi

Bill Gates Sebut Jago AI Tak Akan Selamatkan Gen Z dari Status Pengangguran, Kenapa?

Ilustrasi Lamaran Kerja

Photo :
  • freepik.com/yanalya

Debra Borchardt, seorang penulis dan editor, berbagi pengalamannya kepada Fortune. Ia mengaku langsung menutup sesi wawancara ketika menyadari bahwa lawan bicaranya hanyalah sebuah mesin. 

"Saya langsung klik keluar. Saya tidak akan duduk di sini selama 30 menit hanya untuk bicara dengan mesin. Saya tidak ingin bekerja di perusahaan yang staf HR-nya bahkan tidak meluangkan waktu untuk berbicara dengan saya," ungkapnya seperti dikutip dari Futurism, Selasa, 5 Agustus 2025.

Senada dengan itu, Allen Rausch, seorang penulis teknis, mengatakan bahwa dirinya hanya bersedia diwawancara oleh AI jika ada kepastian akan berbicara dengan manusia setelahnya. "Dengan sedikitnya respons yang saya terima dari aplikasi dasar saja, saya rasa banyak wawancara AI hanya buang-buang waktu saya," ujarnya.

Di sisi lain, perusahaan pengembang teknologi AI untuk wawancara tetap optimis. Mereka melihat tren ini sebagai langkah efisiensi dan evolusi proses rekrutmen. CEO Braintrust, Adam Jackson, menanggapi kritik terhadap wawancara AI dengan cukup tegas. 

"Jika mayoritas pencari kerja benar-benar menolak teknologi ini, klien kami tentu tidak akan menganggap alat ini berguna. Alat ini pasti akan gagal secara performa. Tapi yang kami lihat justru sebaliknya, trennya meningkat," katanya.

Penggunaan AI juga dianggap sebagai solusi atas membludaknya jumlah pelamar. Di era digital saat ini, aplikasi pekerjaan bisa mencapai ribuan dalam waktu singkat, dan banyak di antaranya menggunakan bantuan AI juga untuk menyusun CV atau surat lamaran. 

Tips Cara lolos Interview kerja dengan mudah

Photo :
  • vstory

Ini menciptakan siklus di mana pelamar memakai AI untuk melamar, dan perusahaan memakai AI untuk menyeleksi. Seorang perekrut menggambarkannya kepada New York Times sebagai "tsunami pelamar yang hanya akan semakin besar," bahkan menyebutnya sebagai situasi "AI versus AI."

Teknologi Belum Sempurna, Tapi Tetap Dipakai

Meski efisien di atas kertas, sistem AI sebagai pewawancara juga belum sempurna. Ada kasus-kasus di mana AI mengalami gangguan teknis dan justru memperburuk pengalaman pelamar. 

Namun para pendukung teknologi ini tetap menyuarakan bahwa ini adalah hal yang harus diterima dalam dunia kerja modern, terutama untuk posisi yang membutuhkan perekrutan massal seperti layanan pelanggan.

Meski begitu, Adam Jackson menegaskan bahwa AI masih punya keterbatasan. "AI bagus dalam menilai keterampilan secara objektif, bahkan saya bisa bilang lebih baik dari manusia. Tapi untuk menilai kecocokan budaya perusahaan, saya tidak akan menyarankan AI untuk itu," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya