Penipuan Online Terus Mengintai, Waspadalah!

Ilustrasi penipuan.
Sumber :
  • Freepik.com

Jakarta, VIVA – Selama periode ketidakpastian ekonomi—baik yang disebabkan oleh tarif, peristiwa geopolitik, atau gangguan pasar lainnya—risiko penipuan biasanya meningkat, seperti yang umum terjadi dalam lingkungan keuangan yang tidak stabil.

Komisi XI dan OJK Sepakat Kaji Ulang Co-Payment Asuransi Kesehatan, FKBI: Harusnya Dibatalkan

Menurut Pakar Keamanan Siber Kaspersky Roman Dedenok, pelaku kejahatan siber mungkin mencari cara untuk mengeksploitasi situasi di beberapa area utama.

Pertama, penipuan online kemungkinan meningkat karena penipu memanfaatkan peningkatan permintaan barang yang diperkirakan akan menjadi lebih mahal.

Ribuan UMKM di Indonesia Dijebak Malware Berkedok Zoom dan ChatGPT

Mereka mungkin membuat situs web palsu yang meyakinkan atau mengirim email penipuan canggih yang mempromosikan 'diskon pra-tarif'.

"Konsumen yang tergesa untuk mendapatkan harga lebih rendah dapat secara tidak sadar memberikan informasi keuangan kepada operator penipu, yang menyebabkan kerugian finansial atau pencurian identitas," kata dia.

Anggota Komisi VI Tegaskan Perlindungan Konsumen P2P Lending Tidak Boleh Hanya Sekadar Jargon

Kedua, gangguan rantai pasokan dapat memaksa bisnis dan konsumen untuk segera mencari pemasok alternatif, sering kali dengan proses pemeriksaan yang kurang ketat.

Hal ini menciptakan peluang bagi produk palsu untuk memasuki pasar, termasuk contoh-contoh ketika penjahat dunia maya menyematkan malware di perangkat palsu.

"Kekhawatiran ini baru-baru ini disorot oleh penemuan tentang varian canggih dari Trojan Triada yang sudah terpasang sebelumnya pada ponsel pintar Android palsu yang dijual melalui pengecer yang tidak sah," ungkap Roman.

Beroperasi pada level firmware, malware ini memberi penyerang kendali penuh atas perangkat, memungkinkan pencurian aset kripto, pembajakan akun media sosial, dan pengalihan panggilan tidak sah— menggarisbawahi risiko serius yang ditimbulkan oleh rantai pasokan yang disusupi.

Ketiga, volatilitas pasar membuka pintu bagi penipuan investasi. Penipu dapat menyamar sebagai lembaga keuangan sah, menjanjikan keuntungan tinggi yang "terjamin" berdasarkan pengetahuan orang dalam, atau meluncurkan kampanye phishing dan situs web palsu untuk mencuri informasi sensitif.

Misalnya, unggahan media sosial yang tidak terverifikasi tentang potensi jeda tarif baru-baru ini memicu lonjakan pasar sementara senilai multi-triliun dolar AS sebelum didebatkan—menunjukkan seberapa cepat informasi yang salah dapat menyebar dan memicu potensi skema pump-and-dump.

Untuk membantu mengurangi risiko ini, konsumen harus memverifikasi keabsahan penjual sebelum melakukan pembelian, menggunakan metode pembayaran yang menawarkan perlindungan penipuan, serta tetap berhati-hati terhadap transaksi yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Lalu, investor harus melakukan uji tuntas yang menyeluruh, mengandalkan sumber informasi yang bereputasi baik, dan terakhir bersikap skeptis terhadap penawaran yang tidak diminta yang menjanjikan keuntungan yang sangat besar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya