Keluar di Luar Tetap Berisiko Hamil, Gimana Cara Hubungan Intim yang Aman?

Ilustrasi bercinta
Sumber :
  • Pexels/freestocks.org

Jakarta, VIVA – Meskipun beberapa pasangan mengandalkan metode "keluar di luar" atau ejakulasi di luar vagina sebagai cara untuk mencegah kehamilan, kenyataannya metode ini tidak sepenuhnya efektif. Cairan pra-ejakulasi yang keluar sebelum ejakulasi dapat mengandung sperma yang cukup untuk menyebabkan kehamilan. Selain itu, risiko kesalahan timing atau kegagalan untuk benar-benar menarik diri tepat waktu juga memperbesar kemungkinan kehamilan. Oleh karena itu, meski metode ini sering dianggap sebagai cara alami untuk mencegah kehamilan, efektivitasnya jauh lebih rendah dibandingkan metode kontrasepsi lainnya seperti kondom atau pil KB.

Kenapa Kondom Jadi Barang Bukti Kasus Kematian Arya Daru? Begini Kata Polisi

Dijelaskan oleh dr. Fajar Arief Noor, sperma dalam pre-cum biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan ejakulasi utama, penelitian menunjukkan bahwa pre-cum tetap dapat mengandung sperma yang cukup untuk menyebabkan kehamilan. Hal ini terutama terjadi jika ada sisa sperma dari ejakulasi sebelumnya yang masih berada di saluran uretra. Ini lah yang menyebabkan para wanita sering kali "kebobolan" meski tidak keluar di dalam.

"Faktanya, metode ini sangat-sangat tidak aman karena cairan pre-cum atau cairan pre-ejakulasi ternyata mengandung sperma juga. Jadi, bisa saja walaupun cairan yang masuk sebelum ejakulasi itu membuat Anda bisa hamil juga," kata dr. Fajar Arief Noor, mengutip video Instagram @fajarariefnoor.md dan halodkt, Jumat 28 Februari 2025. 

Heboh! Polisi Temukan Alat Kontrasepsi di Kamar dan Tas Arya Daru, Ada Apa?

Selain metode “keluar di luar” dan pre-cum yang berisiko, KB kalender juga sering kali membuat pasangan kebobolan. Metode ini mengandalkan perhitungan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan menghindari hubungan seksual pada saat ovulasi. 

Demi Bansos dan Uang Saku dari KDM, Ratusan Pria di Subang Antre KB Vasektomi

Namun, siklus menstruasi wanita tidak selalu teratur dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti stres, perubahan berat badan, atau gangguan hormonal. 

Selain itu, sperma dapat bertahan hidup di dalam tubuh wanita hingga lima hari, sehingga jika hubungan seksual terjadi sebelum ovulasi, peluang kehamilan tetap ada. Ketidakakuratan dalam menghitung hari subur dan variasi siklus menstruasi membuat metode ini kurang efektif dibandingkan dengan kontrasepsi modern seperti pil KB atau kondom.

"Sama juga halnya dengan KB Kalender karena masih mau keluar di dalam eh ternyata tetap kebobolan atau hamil juga. Ini juga sering salah hitung masa kesuburan karena kehamilan tetap mungkin terjadi walaupun kamu sudah sangat teliti menghitung kapan masa subur," jelas dr. Fajar. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya