Dunia Harus Siap Hadapi Tahun Terpanas

Para pengunjuk rasa membawa spanduk dalam demonstrasi perubahan iklim
Sumber :
  • REUTERS/David Gray

El Nino bagaikan dua mata koin, terkadang membantu menghangatkan atmosfer bumi, karena air dingin dari laut yang menyerap panas berlebih. Namun, terkadang pula membawa kondisi musim dingin yang ekstrem ke daratan Eropa bagian Utara.

Menjadikan Halal sebagai Identitas dan Daya Saing Bangsa

Kombinasi kedua fenomena itu mendorong suhu global makin panas dibanding sebelumnya.

Adanya fenomena alam tersebut juga membuat perubahan di belahan bumi lain. Misalnya di daerah Samudera Atlantik, dalam beberapa dekade ke depan akan makin dingin dan mungkin hadirnya musim panas yang lebih kering di Irlandia, Inggris, dan Eropa bagian utara.

Dibuka Menguat, IHSG Dibayangi Koreksi di Tengah Optimisme Sektor Teknologi Global

Peneliti NOAA mengatakan jika EL Nino tidak diantisipasi, selain menimbulkan kekurangan air bersih dan sulitnya pasokan pangan, warga dunia juga bisa terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), karena debu yang ditimbulkan dari lahan kering. Selain itu potensi kebakaran di daerah lahan gambut juga mesti diwaspadai jika kemarau panjang menjelang.

Riwayat El Nino, peneliti mengatakan itu sudah terjadi sejak 10 ribu tahun lalu. Namun observasi mengenai El Nino batu bisa dilakukan sejak adanya satelit cuaca.

Bikin Industri Kayu Indonesia Jadi Makin Canggih, Kemenperin Ungkap Strateginya

Maka tak heran sepanjang sejarah, peneliti NOAA, Stanley Goldenberg, mengatakan baru bisa menentukan adanya dua El Nino paling dahsyat yang terjadi di dunia, yaitu fenomena 1982-1983 dan 1997-1998.

Dijelaskan Goldenberg, saat fenomena El Nino di 1982-1983, wilayah Ekuador dan Timur Peru ditempa hujan deras terus menerus. Hujan berkelanjutan memacu pertumbuhan tanaman dan menarik kawanan belalang. Populasi katak dan burung pun melonjak.

Suhu lembab dan basah menyebabkan nyamuk tumbuh subur dan jentik menyebarkan malaria. Lalu pada 1997-1998, El Nino kembali menyebabkan bencana, khususnya kekeringan, yang melanda banyak negara, khususnya Indonesia dengan suhu udara yang sangat tinggi.

Sama seperti NOAA, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengakui El Nino yang berkunjung di tahun 1997-1998 merupakan yang terburuk sepanjang sejarah Indonesia. Saat itu area yang terkena dampak mencapai 11,6 juta hektar dengan total kerugian USD2,75 miliar.

El Nino yang tidak diundang dan kerap datang sekitar 5 sampai 7 tahun sekali, di tahun itu menyebabkan kebakaran lahan gambut sekitar 1,45 juta hektar dan menyumbang 2,5 gigaton emisi CO2.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya