Sri Mulyani Beberkan Tren Pelemahan Ekonomi Mulai Terjadi Imbas Kebijakan Tarif Trump

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anisa Aulia

Jakarta, VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui, penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah memicu berbagai sentimen negatif di pasar keuangan hingga perekonomian skala global.

Bursa Asia Bergerak Bervariasi Usai Trump Ancam Tarif Chip 100 Persen

Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tarif perdagangan Donald Trump itu menurut Sri Mulyani juga sudah menyebabkan pelemahan pada aktivitas manufaktur global.

Bahkan dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, Bendahara Negara itu mengaku tengah mewaspadai tren pelemahan yang terus terjadi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Usai pengumuman tarif impor oleh Donald Trump bagi para mitra dagang AS termasuk Indonesia.

Koperasi Merah Putih, Harapan Baru di Tengah Ancaman Bencana Bonus Demografi

"Serta dari sisi prospek pertumbuhan ekonomi yang juga diperkirakan makin lemah atau terjadi revisi ke bawah," kata Sri Mulyani, Rabu, 9 Juli 2025.

Dari sisi domestik, menkeu mengatakan bahwa meskipun inflasi masih terkendali, namun kinerja sektor manufaktur terlihat sudah mulai terdampak. Bahkan, PMI Manufaktur Indonesia tercatat telah memasuki zona kontraksi yang rata-rata berada di bawah level 50. Yakni pada April yang hanya sebesar 46,7, Mei sebesar 47,4, dan 46,9 pada Juni 2025.

Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen Diragukan, Sri Mulyani Tetap Percaya BPS

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam telekonferensi pers Pengumuman Panitia Seleksi Pemilihan Calon Ketua dan Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Periode 2025-2030, Kamis, 3 Juli 2025

Photo :
  • VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya

Karenanya, Sri Mulyani pun memastikan bahwa pemerintah masih akan terus berupaya untuk bertahan dari tekanan dan berbagai dampak ketidakpastian global, yang dirasakan makin meningkat di kuartal II-2025.

"Sehingga situasi ini telah membuat IMF, World Bank, OECD, dan semua lembaga-lembaga internasional memprediksi bahwa ketidakpastian global akan melemahkan perekonomian tahun ini dan juga tahun depan," ujar menkeu.

IMF sendiri diketahui telah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global di tahun 2025 hanya akan mencapai sebesar 2,8 persen, atau turun dari realisasi kinerja tahun 2024 yang sebesar 3,2 persen. Bahkan World Bank sendiri hanya memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya akan mencapai sebesar 2,3 persen.

Karenanya, lanjut Sri Mulyani, pemerintah Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bersama dengan kementerian/lembaga terkait lainnya, saat ini masih bernegosiasi soal pengenaan tarif Trump sampai tenggat waktu 1 Agustus 2025 atau saat implementasinya nanti.

"Menko Perekonomian berserta menteri terkait sudah mulai dan terus melakukan komunikasi dengan pemerintahan Amerika Serikat, yang di sana juga terdiri dari beberapa kementerian. Ada USTR, ada Secretary Commerce, ada Secretary Treasury, dan juga dari White House sendiri. Maka kita akan terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan mereka," ujarnya.

Presiden AS Donald Trump saat di Turnberry, Skotlandia

Beli Minyak Rusia, India Kena Tarif Tambahan 25 Persen dari Trump

Pejabat AS juga dapat merekomendasikan pengenaan tarif tambahan sebesar 25 persen kepada negara mana pun jika mengimpor minyak dari Rusia.

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2025