PHK Meningkat, AI Sudah Gantikan 10.000 Pekerjaan Manusia Setiap Bulan
- Robotic Industries Association
Jakarta, VIVA – Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan perdagangan yang makin agresif, kekhawatiran soal dampak teknologi kecerdasan buatan (AI) pada lapangan kerja tak lagi sebatas teori. Laporan-laporan terbaru menunjukkan bahwa AI kini bukan hanya "alat bantu", melainkan sudah menggantikan ribuan posisi kerja setiap bulannya, terutama di sektor-sektor yang sebelumnya mengandalkan tenaga manusia untuk tugas-tugas rutin dan administratif.
Bagi banyak pencari kerja, kenyataan ini terasa makin pahit. Persaingan makin ketat, sementara posisi entry-level yang biasanya jadi pintu masuk bagi lulusan baru justru menyusut drastis. Apalagi, perusahaan-perusahaan besar mulai mengalihkan anggaran perekrutan ke investasi teknologi AI.
Fenomena ini membuat pasar tenaga kerja Amerika Serikat mengalami tekanan baru yang belum tentu bisa diatasi dalam waktu dekat.
Ribuan PHK Akibat AI Terjadi Setiap Bulan
Ilustrasi robot.
- BBC/Getty Image.
Laporan dari perusahaan penempatan kerja Challenger, Gray, and Christmas, menyebut bahwa pada bulan Juli 2025 saja, lebih dari 10.000 pekerja kehilangan pekerjaan sebagai akibat langsung dari penerapan AI oleh perusahaan-perusahaan swasta. Bahkan, teknologi ini disebut sebagai salah satu dari lima penyebab terbesar pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini.
“Industri ini sedang mengalami perombakan karena kemajuan kecerdasan buatan dan ketidakpastian seputar visa kerja, yang berkontribusi pada pengurangan tenaga kerja,” ujar pihak perusahaan, seperti dikutip dari The Independent, Selasa, 5 Agustus 2025.
Dampak Paling Parah Terjadi di Sektor Teknologi dan Retail
Industri teknologi mencatat pemangkasan terbesar dengan lebih dari 89.000 PHK sepanjang 2025 hingga Juli, naik 36 persen dibandingkan tahun lalu. Dari jumlah itu, lebih dari 27.000 PHK sejak 2023 secara eksplisit dikaitkan dengan penggunaan AI.
Tak hanya sektor teknologi, sektor ritel pun tak luput. Akibat inflasi, tarif impor, dan ketidakpastian ekonomi, lebih dari 80.000 PHK terjadi di sektor ritel—lonjakan hingga 250 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Pelaku retail terdampak oleh tarif, inflasi, dan ketidakpastian ekonomi yang berkelanjutan, menyebabkan PHK dan penutupan toko. Penurunan belanja konsumen lebih lanjut bisa memicu kerugian tambahan,” tulis laporan itu.
Lulusan Baru dan Pekerja Kantoran Jadi Korban Utama
Platform karier Handshake melaporkan bahwa posisi entry-level untuk lulusan baru menurun hingga 15 persen dalam satu tahun terakhir. Sementara itu, penggunaan kata “AI” dalam deskripsi pekerjaan naik 400 persen dalam dua tahun terakhir, menandakan perubahan signifikan dalam kebutuhan perusahaan.
Di tengah situasi ini, banyak perusahaan memilih menahan perekrutan dan lebih memilih berinvestasi pada alat-alat AI yang dianggap lebih efisien dalam jangka panjang.
“Ada semacam cek kosong untuk membeli alat AI ini,” kata Josh Bersin, CEO dari perusahaan konsultan tenaga kerja The Josh Bersin Company, kepada NBC News.“Lalu mereka bilang soal jumlah pegawai: Jangan rekrut lagi. Berhenti. Jadi itu langsung membekukan pasar kerja.”
Pemerintah dan Kebijakan Trump Ikut Berperan
Selain AI, pemangkasan anggaran oleh Department of Government Efficiency (DOGE), yang sebelumnya dipimpin Elon Musk, juga berdampak besar. Lebih dari 292.000 pekerjaan hilang akibat kebijakan pemangkasan ini, termasuk di sektor nirlaba dan kesehatan.
“Kami melihat pemotongan anggaran federal yang diterapkan oleh DOGE berdampak pada sektor non-profit dan layanan kesehatan, selain pada sektor pemerintah,” ujar Andrew Challenger, wakil presiden senior di perusahaan tersebut.
AI Tidak Sepenuhnya Menggantikan Manusia, Atau Belum
Meski AI terus memakan banyak posisi kerja, beberapa eksekutif percaya bahwa AI saat ini lebih berperan sebagai pelengkap, bukan pengganti sepenuhnya. “Ada posisi yang bisa sangat berubah karena AI saat ini,” ujar Andrew Challenger awal bulan lalu.
“Tapi saya belum banyak berbicara dengan para pimpinan HR yang bilang AI benar-benar menggantikan posisi kerja.”
Namun komentar dari CEO besar seperti Andy Jassy dari Amazon dan Jim Farley dari Ford mengisyaratkan arah sebaliknya. Farley bahkan menyebut akan mengganti “secara harfiah separuh dari seluruh pekerja kantoran di AS”. Bagaimana menurut Anda?