Insentif KLM Naik Jadi 5 Persen, Potensi Tambahan Likuiditas Capai Rp 80 Triliun
- istimewa.
Jakarta, VIVA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, mulai 1 April 2025 insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi perbankan ditingkatkan dari 4 persen menjadi 5 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Sehingga akan ada potensi tambahan likuiditas lebih dari Rp 80 triliun.
Dalam peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan No. 44, Februari 2025 (KSK 44), Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung mengatakan bahwa Bank Indonesia fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan.Â
Adapun kebijakan makroprudensial tetap diarahkan pro-growth dan longgar untuk mendorong intermediasi sesuai dengan siklus keuangan melalui penguatan KLM.
"Mulai 1 April 2025, penguatan KLM yang sebelumnya ditetapkan 4 persen dari DPK, ditingkatkan menjadi 5 persen per 1 April 2025 dengan potensi tambahan likuiditas lebih dari Rp 80 triliun, sehingga secara total menjadi Rp 375 triliun," ujar Juda dalam keterangannya Rabu, 5 Maret 2025.
Juda menjelaskan, kebijakan ini ditujukan untuk mendorong kredit perbankan ke sektor riil, ke sektor-sektor yang memiliki daya ungkit tinggi dalam penciptaan lapangan kerja, yang sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung.
- VIVA/Fikri Halim
Selain itu, dukungan kebijakan makroprudensial juga dilakukan melalui sinergitas Bank Indonesia dengan kebijakan Kementerian/Lembaga yang saat ini difokuskan pada dua sektor utama, yaitu perumahan dan pertanian, termasuk hilirisasi dan ketahanan pangan.
Peluncuran buku KSK ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mitra strategis untuk memahami kondisi terkini stabilitas sistem keuangan Indonesia. Sehingga langkah-langkah mitigasi dapat dirumuskan, membangun kepercayaan pelaku sektor keuangan terhadap sistem keuangan, serta bentuk transparansi dan akuntabilitas Bank Indonesia sebagai otoritas Makroprudensial.
Gedung Bank Indonesia.
- VIVA/Andry Daud
Buku KSK 44 juga mencatat bahwa stabilitas sistem keuangan pada 2024 tetap terjaga dan mendukung kinerja ekonomi Indonesia agar tetap bertumbuh. Hal ini juga turut ditopang dengan tingkat inflasi yang berada di dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen dan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga baik, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat.Â
Sejalan dengan itu, intermediasi perbankan juga tumbuh didukung faktor penawaran dari minat penyaluran kredit dan kecukupan kapasitas pembiayaan oleh perbankan dan Industri Keuangan Non-Bank.