Rupiah Dibuka Menguat di Tengah Mulai Melandainya Daya Beli Masyarakat
- pixabay.com/WonderfulBali
Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.388 per Senin, 4 Agustus 2025. Posisi rupiah itu tercatat menguat 106 poin dari kurs sebelumnya di level Rp 16.494 pada perdagangan Jumat, 1 Agustus 2025.
Sementara perdagangan di pasar spot pada Selasa, 5 Agustus 2025 hingga pukul 09.15 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.393 per dolar AS, menguat 8 poin atau 0,05 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.401 per dollar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim mengatakan, tren inflasi komponen inti yang menggambarkan daya beli masyarakat, terpantau melandai sejak Mei 2025 secara tahunan. Sementara secara bulanan, inflasi inti meningkat tipis dari 0,07 persen pada Juni menjadi 0,13 persen pada Juli 2025.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara year-on-year (yoy) adalah emas perhiasan sebesar 0,46 persen, terhadap total inflasi secara umum pada Juli 2025 yang sebesar 2,37 persen (yoy).
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti pada Juli 2025 sebesar 2,32 persen (yoy) dan 0,13 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm). Dalam periode tahunan, angka tersebut lebih rendah dari periode Juni yang sebesar 2,37 persen maupun Mei yang sebesar 2,40 persen.
Menurut para ekonom, pada dasarnya untuk komponen inti meski melandai, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada komponen ini masih mengalami inflasi walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya.
Tumpukan uang rupiah dengan berbagai nominal
- istockphoto.com
Hal tersebut dipandang karena dipengaruhi oleh perubahan harga yang bisa saja berbeda antara satu barang dengan barang yang lain, dan masuk ke dalam kategori perhitungan inflasi inti itu sendiri. Terlebih, emas masih menjadi pendorong utama inflasi inti. Â
Sementara kondisi inflasi inti yang melandai terjadi di saat inflasi secara umum justru mengalami peningkatan signifikan. Pada Juni 2025, angkanya 1,87 persen (yoy) $ementara pada Juli beranjak ke level 2,37 persen.Â
Sebagian besar tekanan inflasi saat ini datang dari kenaikan harga pangan yang terlihat dari lonjakan inflasi volatile food ke posisi 3,82 persen (yoy) dan 3,42 persen year-to-date (ytd). Pada bulan sebelumnya, inflasi harga bergejolak ini hanya sebesar 0,10 persen (yoy).
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.350 - Rp 16.400," ujarnya.