Bos ChatGPT Ramal 2 Profesi Ini Bakal Digantikan AI Dalam Waktu Dekat
- AP Photo
Jakarta, VIVA – Perkembangan kecerdasan buatan (AI) semakin cepat dan mulai menimbulkan perdebatan luas, terutama soal dampaknya terhadap lapangan pekerjaan. Dari sektor layanan pelanggan hingga dunia pemrograman, banyak yang mempertanyakan apakah manusia masih memiliki tempat di era otomatisasi yang kian masif?
Belum lama ini, Chief Executive Officer OpenAI Sam Altman membuat pernyataan mengejutkan mengenai masa depan pasar kerja. Dalam sebuah wawancara, ia memprediksi bahwa sejumlah profesi akan segera tergantikan oleh AI, terutama di bidang pelayanan seperti customer service.
Meski demikian, Altman juga mengungkapkan keresahannya soal tanggung jawab moral dalam mengembangkan teknologi ini, bahkan sampai membuatnya sulit tidur di malam hari.
“Saya yakin banyak layanan pelanggan yang saat ini dilakukan melalui telepon atau komputer, orang-orang itu akan kehilangan pekerjaan mereka, dan itu akan lebih baik dilakukan oleh AI,” ujarnya, seperti dikutip dari Times Of India, Senin, 22 September 2025.
Altman menilai, AI akan lebih efektif dalam menangani layanan pelanggan. Ia bahkan mengaku “yakin” bahwa customer service akan menjadi profesi pertama yang tergusur oleh teknologi.
Pendiri ChatGPT Sam Altman.
- VIVA/Deddy Setiawan
Selain itu, ia juga menyinggung pekerjaan lain yang berpotensi tergantikan. “Seseorang baru-baru ini mengatakan kepada saya bahwa rata-rata historis adalah sekitar 50 persen pekerjaan berubah secara signifikan, setiap 75 tahun, rata-rata. Pendapat kontroversial saya adalah bahwa ini akan menjadi momen di mana banyak dari itu akan terjadi dalam periode waktu yang singkat,” jelasnya.
Lebih lanjut, Altman mengungkapkan, bahwa profesi programmer juga akan terdampak. Ia menyebut akan terjadi perubahan besar dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan tren historis sebelumnya.
Namun, di lain sisi, Altman menegaskan, bahwa pekerjaan yang membutuhkan hubungan manusiawi akan tetap aman, misalnya profesi perawat. “Tidak peduli seberapa bagus nasihat AI atau robot, Anda tetap akan membutuhkannya,” katanya.
Kehadiran manusia tetap penting, terutama untuk memberikan rasa aman dan dukungan emosional bagi pelanggan yang rentan.
Apa yang disampaikan Altman bukanlah hal baru. Tahun lalu, Oracle mengumumkan ambisinya untuk mengotomatisasi “semua” layanan pelanggan. Sementara itu, CEO Salesforce Marc Benioff baru-baru ini memotong 4.000 live agent support dari timnya.
Di balik optimisme tentang potensi AI, Altman ternyata juga dihantui kekhawatiran besar. Ia mengaku sering tidak bisa tidur memikirkan dampak teknologi yang dipimpinnya.
“Saya tidak tidur nyenyak di malam hari. Ada banyak hal yang saya rasakan sangat berat, tetapi mungkin tidak ada yang lebih berat daripada kenyataan bahwa setiap hari, ratusan juta orang berbicara dengan model kami. Saya sebenarnya tidak khawatir kami akan salah mengambil keputusan moral besar, dan mungkin kami juga akan melakukan kesalahan itu,” ungkapnya.
Altman menekankan bahwa yang paling ia khawatirkan justru keputusan kecil terkait perilaku model AI, karena hal itu bisa membawa konsekuensi besar di dunia nyata.